diam bukan berarti bisu

Saturday, November 17, 2018

Temanku

Seringkali aku mengumbar cerita pada setiap kawan yang kutemui. Entah itu soal adik, film, baju, makanan, bahkan soal tragedi. Namun, tak banyak (belum pernah) aku mengisahkan sosok satu ini.
Adanya dia merupakan hal tak nyata. Sebab ia hanya muncul ketika waktu senggang tiba.
Adanya dia merupakan hal tabu untuk dikisahkan. Sebab ia hanya perlintasan yang nyatanya kusemogakan.

Aku mengenalnya di hitungan bulan satu tanganku.
Tak banyak yang tau, ah.. bahkan hanya Tuhan yang paham alur perkenalanku.
Menjadi sosok teman. Yang selalu mendengar, menyimak, menasehati, dan menyayangi.
Ya, dia adalah teman.
Temanku.

Aku menyebutnya, Temanku.
Biar kuperkenalkan kepada kalian.
Temanku.
Sebut saja dia begitu.

Makhluk Tuhan ini tak seistimewa pacar, kekasih, atau gebetan. Temanku ini adalah perumpamaan Indomie versi aku. Sederhana namun tetap menjadi favorit dan pilihan di setiap kondisi dan suasana.
Manusia super sibuk ini hanya dapat menyisihkan keluangannya untuk berteman denganku sebentar saja di tiap harinya.
Manusia penuh dengan semangat dan pengorbanan dalam hidup ini mampu membuatku selalu berkata "oh iya ya, harusnya gua begini" di setiap pemecahan masalah yang ku sampaikan padanya.
Manusia dengan kecadelan pada huruf konsonan "L" ini selalu punya hal sederhana yang pasti membuat diriku ketawa seketawa-ketawanya aku tertawa.

Singkatnya,
Temanku ini adalah teman baru namun kurasa lama menetap dan kusemogakan lama mendampingi.
Lain waktu aku ceritakan lagi tentang Temanku ini.

Sekian.


Taban, 17 November 2018

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.