Berpisah itu mudah.
Kebanyakan orang menilai perpisahan adalah sebuah patah yang berujung hancur. Tak sedikit dari mereka yang mengatakan bahwa perpisahan mereka adalah akhir dari cerita hidup. Aku tertawa. Sungguh bodoh.
Perpisahan a.k kehilangan, menurutku hanya sebuah tepian jalan yang harus ada dalam hidup. Allah juga sudah memberikan penjelasan bahwa di dunia ini segalanya berpasangan; ada berdampingan dengan tiada, suka selalu setelah duka, dan aku insyaallah dengannya. hehehe
Aku beberapa kali mengalami perpisahan.
Yang terberat ialah berpisah dengan cinta sejatiku, Ayah. Tapi aku tidak akan menangis sedu menceritakan itu. Aku ingin berbagi soal yang lain.
Tak ada kamu di hidupku, aku mampu.
Amat sangat setuju.
Sebelum kamu bersepakat untuk menjalin hubungan, hidup kamu aman dan berjalan baik. Sebelum kamu berjalan bergandengan, kamu mampu untuk berlari dengan kakimu sendiri. Lantas, mengapa perpisahan identik dengan quote "Aku tak bisa hidup tanpamu"?.
Perpisahan itu hal yang biasa.
Coba bayangkan jika tidak pernah mengalami perpisahan ? Akan sangat monoton hidup ini.
Sekolah saja ada perpisahannya. Bertemu teman saja ada perpisahannya. Hubungan kasih juga wajar jika ada perpisahan. Yang menjadikan perpisahan itu luka ialah alasan dibalik perpisahan itu.
Perselingkuhan. Kebohongan. Kekerasan. Ketidakcocokan. Tak adanya restu. Atau tikung menikung. Ah, bukan hal aneh.
Dalam sebuah perpisahan, melupakan adalah satu diantara banyaknya obat untuk bangkit. Melupakan itu hal yang mudah. Kita hanya perlu terbiasa.
Terbiasa untuk tak lagi mendengar; tawa, cerita, bahkan berita
Terbiasa untuk tak lagi melihat; wajah, foto, bahkan pesan.
Yang kesemuanya bersumber dari satu mata yang pernah selalu ada.
Berpisah itu mudah. Melupakan juga mudah.
Yang sulit ialah membiasakan hal yang sudah terlanjur menjadi biasa.
Tangerang, 26 Desember 2018.